Empat Tipe Manusia Perubahan

Harga Mati Perubahan
Fitria Handayanita


Dalam melakukan perubahan, umumnya setiap orang mempunyai masalah yang berbeda-beda akan meresponsnya berbeda pula. ada yang cepat merespons lalu berubah, tapi ada juga yang lambat. malah, ada yang setelah kena benturan maslah yang memusingkannya, baru mau berubah.

Terjadinya perubahan bisa dipengaruhi oleh beberapa hal. hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa hal. hal ini bisa didasarkan pada latar belakang hidupnya, pengalaman, cara berfikir, serta besar kecilnya kemauan seseorang untuk mengubah dirinya dari hari kehari agar menjadi lebih baik.

Sifat-sifat manusia dalam perubahan ini, biasanya menghadapi empat tipe perubahan, yaitu:
1. Perubahan sebelum informasi perubahan
walaupun belum jela dan lengkap diinformasikan tentang suatu perubahan, karena pada dasarnya sudah punya niat dan rencana untuk berubah, ia akan dengan cepat melaksankan perubahan.

kondisi tersebut menggambarkan seseorang yang sudah mempunyai niat yang kuat serta rencana untuk mengubah dirinya. misalnya, berubah dari orang biasa-biasa saja menjadi orang yang luar biasa. Atau, dari orang yang bodoh menjadi pintar. Dari penakut menjadi pemberani. Dari lemah menjadi kuat. Dari tidak punya masa depan menjadi punya program masa depan yang jelas.

Pada tahap ini, orang akan sangat mudah dimotivasi untuk melakukan perubahan yang lebih baiik karena ia sendiri sudah dalam posisi siap berubah atau malah sedang melakukan perubahan pada dirinya dengan sungguh-sungguh dan terencana.

oleh karena itu, jika mendengar ajakan untuk melakukan perunahan, karakter orang seperti ini akan merespons dengan sangat bersemangat. seolah-olah, ia mendapat dukungan atas perubahan yang sesungguhnya sedang ia jalankan. JAdi, orang ini pada dasarnya akan sangat gampang berubah menjadi lebih baik dan lebih sukses seperti yang diharapkannya.

2. Berubah setelah mendapat penjelasan tentang perubahan

Setelah mendapat penjelasan lengkap tentang cara dan langkah-langkah perubahan, barulah ia berubah. Kondisi ini menggambarkan seseorang yang sudah punya niat untuk berubah menjadi lebih baik, tapi belum mengetahui cara atau kiat-kiat yang harus dilakukannya pada bidang yang diminati - meskipun ia sudah menggeluti bidang tersebut bertahun-tahun. Misalnya, kita ingin menjadi juara kelas atau ingin lulus dalam suatu pelajaran, tapi belum tahu cara belajar yang tepat dan pratis. Hal itu membuat kita gagal atau lambat mencapai keberhasilan.

Namun, setelah belajar dari teman atau saudara yang pernah jadi juara kelas, berikut diterapkan kiat-kiat dalam belajar yang mereka lakukan; barulah kita akan paham. Kemudian, kita pun mencoba untuk berubah, yang akhirnya, kita berhasil melakukannya.

3. Berubah; telah dijelaskan, tapi mencari informasi pembanding

Setelah dijelaskan dengan lengkap tentang perubahan -- berikut cara dan langkah-langkahnya-- tapi masih belum langsung berubah karena masih mencari informasi dan fakta pembandig agar dirinya lebih yakin. setelah yakin, barulah ia mau berubah.

biasanya, orang dalam kondisi ini belum mau melakukan perubahan terhadap apa yang disampaikan oleh seseorang-- baik itu dari saudara, teman, maupun orang tua sendiri. ia belum percaya sepenuhnya akan saran  yang telah ia terima. Makanya, ia masih menunggu dan mencari informasi pembanding yang dapat membenarkan nasihat tersebut. Misalnya, mencari informasi dari majalah, buku pelajaran, radio, TV, teman, atau orang-orang yang dianggapnya lebih ahli dan telah membuktikan apa yang ia dengar. setelah itu, barulah ia yakin dan percaya. lalu, ia pun mau berubah.

Jadi, simpulanya, orang ini tidak gampang percaya atau tidak gampang disadarkan, sebelum banyak orang lain yang mengatakan hal sama atas perubahan buat dirinya. Bahkan, harus disertai fakta-fakta yang dapat meyakinkannya. MIsalnya, orang tua kita sering mengatakan, jangan merokok, meminum minuman keras, atau obat terlarang karena itu tidak baik bagi kesehatan. Omongan dari orang tua ini pada umumnya tidak langsung dituruti anak-ankanya. Mungkin, penjelasan orang tua ini kurang terperinci dan tidak disetai dengan contoh-contoh yang gampang dipahami oleh anaknya.

Begitupun, dnegna kita, selaku anaknya kurang yakin karena orang tua bukan orang ahli di bidang kesehatan. Namun, setelah dijjelaskan di sekolah oleh guru, dokter, pihak kepolisian, serta teman-teman yang pernah melakukannya, kita baru lebih yakin dan percaya untuk tidak merokok atau pun mabuk-mabukan. karena merokok atau pun mabuk-mabukan itu, dapat merusak kesehatan jantung dan paru-paru.

4. Perubahan setelah kena batunya

setelahdijelskan berkali-kali tentang perubahan, tapi masih membandel juga. ia tidak mau berubah meskipun yang menyampaikannya orang yang ahli, termasuk orangtuanya sendiri. Baru setelah "kena batunya", atau membandel. ia sangat sulit diberi tahu untuk hal-hal kebenaran atau yang membuahkan kebaikan buat dirinya sendiri. bahkan, setelah ia menerima musibah yang menyakitkan tubuh, pikiran dan batinnya. setelah merasakan langsungakibat kepala batunya itu, barulah ia tersadarkan dan mau berubah. 

Contoh yang sering kita lihat, beberap artis Indonesia yang semula senang mengkonsumsi narkoba, mabuk-mabukan, berbuat maksiat, dan hidup berhura-hura; setelah ditimpa musibah dan cobaan yang sangat berat terhadap kondisi kesehatannya, ekonominya berantakan dan kariernya makin suram. setelah itu, barulah ia sadar dan berubah seratus delapan puluh derajat menjadi orang yang baik dan taat beragama. ia pun meninggalkan segala kebiasaan buruknya pada masa lalu.

Sebaiknya, jangan sampai menungggu datangnya musibah atau petaka pada diri kita hingga mau berubah menjadi orang baik dan sukses. Bisa jadi, musibah itu tidak menyisakan waktu yang cukup kepada kita untuk melakukan perubahan. Seperti yang bisa kita lihat pada tayangan-tayangan sinetron tentang orang-orang yang berbuat jahat semasa hidupnya, kemudian meninggal dunia tanpa sempat bertobat dan memperbaiki perbuatan di dunia.

Jadi, sebaiknya segeralah berubah menjadi orang yang baik, lebih sesuai dengan ajaran agama; sebelum malaikat datang mencabut nyawa kita -- karena kita tidak tahu berapa lama usia kita.

Sumber:
 Jamiat, Nuslih. 2006. Saatnya Kamu Sukses. Bandung: KDT.

Komentar

Postingan Populer