Sahabatku, Guruku, Dokterku, dan Chef terbaikku adalah Ibu
Sahabatku, Guruku,
Dokterku, dan Chef terbaikku adalah Ibu
Di dunia ini sebenarnya tidak ada
sesuatu yang begitu saja muncul ke permukaan. Segala sesuatu butuh persiapan
yang matang untuk memperoleh hasil yang baik dan optimal. Dalam hal ini kita
tak hanya membicarakan mengenai pekerjaan saja namun dalam hal mempersiapkan
masa depan si buah hati. Ibu adalah seseorang yang sangat berperan tentunya.
Beliau adalah titik tumpu yang akan mengubah kehidupan seorang bayi yang sedang
dalam gendongannya. Dengan penuh senyuman usapan lembutnya akan mengubah dunia
si bayi kecil yang sedang menangis memeluknya.
Di sini saya akan bercerita
sedikit pengalaman saya yang saya ambil dari seseorang inspirasi saya sampai
saat ini. Beliau biasa saya panggil ibu. Seseorang yang membesarkan saya di
sebuah kota kecil bernama Sawahlunto. Di kota tersebutlah beliau memperkenalkan
saya dengan banyak hal serta pelajaran hidup yang sangat berharga.
Sebelumnya Perkenalkan, Nama saya
Fitria Handayanita, 21 tahun. Panggilan saya cukup banyak, ada yang memangnggil
Fitri, Fitria, Fit, Ipit, Pipit, dll. Saya yakin nama tersebut adalah sebuah
anugrah dan doa yang di berikan orang tua saya agar saya selalu menjaga nama
saya tersebut yang beliau mengatakan artinya suci dan bersih. Nama yang indah
itu adalah awal cinta yang di berikan ibu dan ayah saya yang sangat saya
syukuri. Sekarang saya adalah salah satu mahasiswa di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas Padang.
Saya hidup dalam keluarga yang
sederhana. Namun, dibalik kesederhanaan itu saya merasakan kasih sayang yang
sangat besar dari kedua orang tua saya. Terutama ibu. Beliau adalah orang yang
tegas, disiplin, jujur dan bertanggung jawab serta soleh. Sedari kecil saya
didik untuk selalu mengenal agama saya. Di usia lima tahun saya sudah di
masukkan ke sebuah TPA untuk mengaji. Sehingga bekal pendidikan agama yang saya
dapat sampai saat ini berawal dari ibu. Saya sangat bersyukur ibu memberi saya
benteng sedari kecil. Hingga saya
mengerti bagaimana batas-batas diri yang harus saya kerjakan.
Ibu adalah sahabat terbaik bagi saya. Beliau
selalu bersedia mendengarkan apapun keluh kesah saya. Kebiasaan ini sudah
sedari kecil saya lakukan. Dulu setiap pulang sekolah ibu selalu bertanya apa
saja yang saya kerjakan bersama guru dan teman-teman. Dan ibu selalu
mendengarkan dengan baik. Saya selalu bersemangat setiap kali ibu bertanya. Dan
saya akan bercerita apa pun yang saya lakukan. Mungkin dari sana ibu mengetahui
apa saja masalah yang sedang saya alami. Dan tak lupa beliau memberikan
nasehat-nasehat ringan yang sangat membantu saya untuk lebih berfikir kritis.
Sehingga saya dapat menemukan solusi dari permasalahan yang saya alami. Dengan
demikian saya belajar memaafkan, memahami orang lain, belajar menerima
kenyataan, belajar menghargai, belajar menjadi orang yang rendah hati serta
banyak hal yang saya pelajari setelah bercerita dengan ibu. saya bersyukur
memiliki ibu yang selalu ada mendengarkan semua keluh kesah saya. Dan membuat
saya tetap percaya diri menghadapi apapun masalah dan rintangan hidup. Karena
telah terbiasa mencari solusi jalan keluar dari semua masalah itu. Ibu juga
sahabat yang mempersatukan aku dan adik adikku. Kami tak terpisahkan. Berkat
ibulah hubunganku dan adik-adik tetap harmonis “Kemanapun berpijak keluargalah
yang selalu menerima kita apa adanya dan tempat kita mengadu” kata-kata ibu
yang sangat aku ingat.
Ibu adalah dokter terbaik, handal
dan cekatan. Pernah sewaktu duduk di kelas XI SMA saya terjangkit penyakit
malaria seusai kegiatan kemah dalam ajang saka bakti usada pramuka kota. Saat
itu saya sebagai sekretaris Dewan Kerja Cabang kota Sawahlunto. Awalnya saya
akan di rawat di rumah sakit. Namun hanya sebentar setelah itu saya di rumah
bersama dokter andalan saya yaitu ibu. Dalam hal kesehatan anak-anaknya ibu
memang yang terbaik. Saya dan adik-adik sudah mendapatkan imunisasi lengkap sedari
kecil sehingga kami jarang sekali sakit. Paling kalau sakit seperti sakit
ringan seperti batuk dan flu. Ibu juga selalu rutin membawa kami ke dokter gigi
setiap 6 bulan sekali. Kata beliau supaya saya dan adik-adik tidak kesakitan
saat giginya berlubang. Namun namanya remaja, saya suka telat makan akibat
sibuk dan tidak mendengarkan nasehat ibu untuk menjaga kesehatan dan rutin
mengkonsumsi buah dan sayur. Akibatnya saat itu saya ngedrop dan jatuh sakit.
“Itu sudah resiko kalau kita hidup di alam, segala sesuatu memiliki resiko nak”
kata ibu pada saya. Memang ibu tak pernah mengajarkan saya untuk mengeluh.
Kata-kata yang tak pernah saya lupa “Sakit itu tanda orang akan cepat gede,
jadi ga perlu nangis”. Walaupun kata-kata nya ringan saya merasa bersemangat.
Dan lupa akan sakit saya toh tanda cepat gede..hehe. dan benar saya termotivasi
untuk cepat sembuh. Selain itu saat sakit perhatian ibu tak henti tercurah pada
saya tanpa melupakan adik-adik yang lain. Beliau memapah saya kerumah sakit,
membantu memandikan, menyuapi saya, dan menemani saya tidur sebab saat itu saya
sering sesak nafas pada malam hari. Bahkan maaf ibulah yang membantu
membersihkan muntah saya pada saat itu tanpa mengeluh. Pengorbanan beliau
itulah yang membuat saya belajar agar selalu menjaga kesehatan agar tidak lagi
merepotkan beliau. Tak hanya dari sana pengorbanan beliau tersebut memotivasi
saya untuk juga membaginya kepada orang-orang di sekitas saya. Itulah sebabnya
saat ini saya mengambil jurusan kesehatan masyarakat yang bertindak sebagai
promotif dan preventif (pencegahan) penyakit.
Ibu adalah koki andalan saya.
Saya pernah menjuarai lomba masak antar kampus kesehatan di kota saya. Tentunya
bakat ini saya peroleh dari ibu. setiap hari libur ibu selalu menyempatkan diri
untuk mengajari saya memasak. Saya di beri kesempatan mengacak acak dapur
beliau tentunya bertanggung jawab untuk membereskan. Sehingga saya bebas
bereksperimen. Hal ini berawal dari kecil. Ibu membelikan saya mainan
masak-masakan. Sehingga saya sangat tertarik mengenal makanan sampai saat ini. Hal
kecil yang sering di lakukan ibu mengajarkan saya untuk mendiri hidup saat
berkuliah di luar kota. Hidup sebagai anak kos tanpa sanak saudara. Karena
sudah terbiasa masak sendiri saya jadi tidak lagi kerepotan dan binggung dalam
hal menyediakan makanan. Dan jauh dari sifat manja dan malas. Bahkan sesekali
saat ada waktu luang saya membuat kue di kos untuk di jual di kantin kampus.
Ibu tidak melarang bahkan bangga dengan kreatifitas yang saya lakukan tersebut.
Ibu selalu merancang menu yang hebat. Setiap hari gizi seimbang selalu kami
dapat dan berbariasi sehingga aku dan adik-adik mencintai berbagai makanan.
Pertumbuhan kami pun insyaallah sehat dan cukup sesuai umur. Tinggi dan berat
badan kami juga seimbang. Aku bersyukur dengan gizi yang cukup di berikan ibu
tinggiku mencukupi di atas 160 dan berat 50 kg sehingga tidak sulit untuk
mengikuti berbagai ajang lomba bakat dan berbagai latihan akademi semi militer.
Contohnya sewaktu aku diterima sebagai paskribaka di kota ku karena tinggi yang
mencukupi.
Ibu adalah guru super semua
matapelajaran. Bagi saya dan adik-adik ibu adalah super guru. Beliaulah
pembimbing saya mengenal angka dan huruf. Sebelum menginjak bangku sekolah
dasar saya sudah bisa membaca dan berhitung itu semua berkat ibu yang setiap
hari melatih saya dengan berbagai permainan yang mengasikkan. Mainan
huruf-huruf yang bergambar binatang, menghitung permen dan biskuit yang di belikan
ayah, menulis buku gambar dengan warna yang cantik. Dan menulis nama saya. Saya
masih ingat dan bahkan tulisan pertama itu masih tersimpan rapi di lemari buku.
Sebagai guru ibu adalah guru yang paling disiplin. Setiap pukul 7 seusai makan
malam beliau membimbing saya dan adik-adik belajar. Seluruh televisi mati malam
itu. Kami sempat menggerutu namun sampai saat ini terbiasa untuk belajar
berkonsentrasi dan akhirnya bersyukur. Pukul 04.00 WIB kami bangun dan kembali
belajar setelah itu melaksanakan sholat subuh. Pukul 06.45 kami pergi ke
sekolah. Sebelumnya wajib bagi kami untuk sarapan pagi. Kalau tidak ibu tidak
memberika uang jajan. Dan akhirnya kami terbiasa dengan kedisiplinan itu hingga
kini. Dan sangat berterimakasih pada ibu. Ibu juga guru yang pandai berdongeng,
dan bercerita berbagai pengalaman hidup beliau sewaktu masih muda. Berkat
bimbingan ibu saya selalu memperoleh peringkat 3 besar di sekolah. Dan pernah
menjuarai berbagai lomba-lomba di sekolah. Berikut beberapa prestasi saya:
Juara 1 dan 2 lomba mengarang tingkat SD sekota Sawahlunto, harapan 1 cerdas
cermat provinsi, juara 1 lomba bahasa Indonesia tingkat kecamatan hingga kota, juara
umum pramuka penggalang sekota sawahlunto, juara 3 lomba mewarnai, juara 1
lomba seni krya tingkat kota dan provinsi hingga menjadi salah satu peserta
FLS2N di Yogyakarta, dan masih banyak lagi. Memang ibu tak pernah menuntut saya
harus selalu pandai dalam matematika dan hal sains lain. Namun ibu sudah
melihat bakat saya dalam bahasa dan selalu beliau asah dengan memasukkan saya
les bahasa Inggris dan bimbingan guru privat.
Dalam organisasi saya pun aktif
sedari dulu karena suport ibu. Dukungan ibu berawal saat saya selalu di suru
untuk menyanyi dan menari di ulang tahun teman. Sehingga untuk tampil di depan
penonton saya tidak lagi takut. Percaya diri ini sangat berharga sampai saat
ini. Dalam organisasi saya tak takut dalam hal mengeluarkan pendapat dan ide.
Sebab sudah terbiasa dari kecil muncul di depan publich. Hingga beberapa kali
saya di tunjuk untuk mengkoordinatori berbagai kegiatan sedari saya SMP hingga kuliah
sampai sekarang. Bahkan saya pernah menjadi pemimpin upacara wanita pertama
angkatan saya di sekolah mengalahkan para anak laki-laki. Wah saya sangat
bangga saat itu. Selain itu dukungan ibu menjadikan saya untuk mendengarkan
keluhan dari anggota saya karena itulah yang selalu ibu lakukan pada saya
mendengarkan. Sewaktu SMP saya di tunjuk sebagai pimpinan regu pramuka di
Jatinangor, Jawa Barat. Acuan jempol di berikan ibu untuk saya.
Di balik pujian yang di berikan
ibu, tentunya ada hal dimana saya salah dan melanggar. Namanya juga anak-anak
atau remaja pasti memiliki keingin tahuan yang tinggi pada suatu hal. Namun
sikap marah ibu bukanlah bersifat menekan psikis atau mengasari. Namun dengan
sikap lembutnya beliau menegur saya. Kata-kata yang beliau gunakan tersebut
selalu membuat saya berfikir akan kesalahan saya dan membuat saya jera. “mencari
musuh itu memang mudah Nak mencari teman itu sulit, hidup tak kita jalani
seorang diri suatu saat kita membutuhkan orang itu tanpa kita duga” kata ibu
sewaktu saya berkelahi dengan teman. Sehingga saya sadar saat itu saya salah.
Tak semua masalah harus di selesaikan dengan pemususuhan. Sebab kata ibu di
balik permusuhan akan muncul permusuhan baru. Kata-kata ibu memang ringan namun
sangat sakti bagi saya. Beliau tak tak pernah membuat saya merasa buruk,
tercaci dan terhina, namun memutarnya agar saya sendiri yang menyadari
kesalahan tersebut.
Ibu memang salah satu anugerah
terindah dalam hidup saya sampai kapan pun dan di mana pun. Apa yang telah
beliau lakukan memberikan berbagai hal berharga di hidup saya. Tak hanya untuk
memimpin orang lain bahkan untuk memimpin diri saya sendiri. Kasihnya tak akan
hilang oleh air namun akan tetap terukir di hati ini. Aku sangat yakin setiap
doa beliau terselip kebaikan untuk ku dan keluarga. Dan aku sangat yakin semua
yang beliau lakukan untukku tidak hanya saat aku melihat dunia ini tapi sejak
dalam kandungannya ia menjaga dan merawatku. Terimakasih ibu atas semua yang
engkau berikan padaku.
“Timang-timang anakku sayang buah
hati permata bunda”
“Tidurlah nak tidurlah anakku
sayang semoga kelak engkau menjadi anak yang berguna”
(dendang ibu saat menidurkan
sewaktu aku kecil...amin ya Rabbal Alamin Bu)
#LombaBlogNUB
#LombaBlogNUB
#LombaBlogNUB
#LombaBlogNUB
Betway Icon Download for Android | Gold Casino m88 m88 12bet 12bet 143Ganapati Hd | Thauberbet
BalasHapus